Waadaaawwww !!!........ Aku telat bangun. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit. Bagaimana ini? Telat lagi deh. Aku pun lekas mandi dan memakai seragam sekolah SMK untuk hari senin yaitu hitam putih tak lupa pula dasi. Setelah aku rapi langsung keluar kamar dan pamit.
“Eh… Kok gitu aja sih sayang? Kamu gak sarapan?” Tanya bunda.
“Aduhh!! Bunda, ayah, maaf aku hari ini gak sarapan dulu deh, udah telat nih ke sekolahnya. Ok.. Bye !” jawabku singkat.
“Sayang, kamu ayah anter aja ya biar gak telat.” ucap ayah.
“Yaudah, ayah. Sekarang ya, let’s go!” tukasku.
Dalam perjalanan, aku dan ayah saling berdebat tentang waktu. Kata ayah, waktu adalah segalanya sehingga kalau saja kita tidak disiplin waktu, maka kita akan tertinggal oleh segala hal yang ada di depan kita, entah itu keberuntungan atau apapun itu. Tapi menurutku, waktu itu hanya sebagai penentu saja. Kalau kita tepat berarti kita berhasil, sedangkan kalau kita telat ya berarti kita gagal dalam memproses keberhasilan. Tak sangka perdebatan aku dan ayah berhenti tepat didepan gerbang sekolahku. Untung pak satpamnya masih baik sekali mau menyuruhku masuk. Hehehe,, langganan telat, jadi mereka udah sangat maklum. Oops… Iya, aku lupa banget perkenalkan, namaku Airadina Monda Fitria, singkatnya Monda aja deh. Aku sekarang duduk di kelas tiga SMK swasta di Jakarta. Aku pilih SMK karena minatku dalam bisnis dan manajemen terutama dalam akuntansi sangat besar, apalagi di SMK aku ini akuntansinya sudah terbukti OK dan teratas dalam arti adalah kelas terbaik dan terpintar di sekolahku. Dari kelas satu aku sekelas dengan sahabat terdekatku gak cewe gak cowo sama aja.
Bel masuk pun berbunyi.
“Monda, cepetan Mrs. Tika udah masuk.” ucap Sari memberikan kode bahasa mulut kepadaku.
Aku pun melangkahkan kakiku lebih cepat lagi. Yang aku pikirkan adalah apakah aku udah ngerjain PR Bahasa Inggris atau belum. Karena tahu sendiri Mrs. Tika killernya setengah mampus kalau ada siswanya yang tidak mengerjakan tugas darinya.
“Morning everybody! How are you today?” salam Mrs. Tika dengan cirri khasnya membuka kelas dengan speak English.
“Morning too, ma’am. I’m fine, and you?” jawab para siswa.
“Thanks, I’m fine too. Collect your homework, now!” tukas Mrs. Tika.
Suara Mrs. Tika terdengar sampai ke depan koridor kelas. Aku pun gugup untuk masuk.
“Morning, ma’am. I’m sorry, I’m late. Because traffic jam on the way to school.” Ucapku sambil salim ke Mrs. Tika.
“Ok, I believe it, but you must stand up in the corner classroom.” Jawab Mrs. Tika.
Aku yang serba salah langsung berdiri di sudut ruangan. Waduh, bagaimana ini, udah telat malu pula, pakai berdiri dipojokan ruangan lagi.
“Enak ya telat terus? Enak apa dihukum?” sindir Wika sambil menatap sinis ke arahku. “Ada enaknya, ada enggaknya juga tuh, kalau mau cobain aja lagi” jawabku kesal.
Ya gimana gak kesal coba? Orang lagi dihukum, malah nanya yang gak penting gitu. Tanpa aku berfikir panjang, tiba – tiba Wika mengacungkan tangan kanannya.
“Ma’am Monda not collect her homework?” tukas Wika sambil tertawa kecil, senang dia melihat aku menderita.
Padahal selama aku sekolah disitu gak pernah tuh ngeselin dia, emang dia siapa bias bertindak seenaknya sama aku?. Kesaaallll….. Mrs. Tika menghampiri aku. Suer, aku gugup habis entah mau berkata apa. Mudah – mudahan aja PRku udah dikerjain, jadinya kan gak nambah hukuman lagi.
“You’r homework?” tanya Mrs. Tika sambil memberikan isyarat aku untuk mengumpulkan tugasku.
Aku pun membuka tasku, dan mencari buku tugas PR bahasa Inggris. Oh My God, kali ini jantungku berdegup sangat kencang. Kunang – kunang seperti menghampiri aku secara massal. Mataku memncar untuk mencari – cari buku tugas.
“Oh No,, aku salah jadwal, tak ada satupun buku tugas bahasa Inggris di tasku, where are you my books?” ucapku dengan suara kecil.
Wika yang senang sepertinya melihat tambahan deritaanku cekikikkan aja ketawa sama tim genknya.
“Monda!!” tegur Mrs. Tika sepertinya beliau marah besar padaku.
“I’m sorry ma’am, my books….”. Belum sampai aku melanjutkan kata – kataku, Mrs. Tika langsung menyuruhku keluar dengan mengisyaratkan tangan.
Heuft… Sialnya hari ini. Mending gitu ya buku bahasa Inggrisnya aja yang tertinggal, ini malah salah jadwal, alhasil semua jadwal hari ini gak ada yang aku bawa. Bad mooooooddd….
Bel berbunyi tandanya ganti pelajaran, Bu Indri yang mengajar akuntansi kini masuk dikelasku. Aduh, bagaimana ini kalau dia sampai tahu aku salah jadwal. Aku pun memberanikan diri masuk kelas.
“Anak – anak, sekarang ulangan, ya!” kata Bu Indri.
Prriiikkiitiwww….. Senangnya daku itu berarti hari ini tak ada pembahasan melalui buku donk? Hahaha, selamet deh gue. Namun, kebalikan dari anak – anak malah pada mengeluh yang inilah yang itulah, untungnya aku udah belajar semalem, ya walaupun Cuma baca dikitt yang pentingkan intinya baca. Ckckckc,,, ku senyum – senyum sendirian.
“Mon, loe kenapa kaya stegi gitu? Senyum sendirian, gak bagi – bagi lagi.” ucap Rifki.
Mukaku merah pink hijau dan biru gitu ketika Rifki ngomong gitu, gak nyangka ada yang merhatiin tingkah laku gue.
“He? Gak kenapa – kenapa lagi, Cuma lagi seneng aja impian gue tercapai, kenapa? Ada yang aneh?” jawabku sambil menggaruk – garuk kepala dan nyengir gak jelas.
“Dasar aneh, lagi urgent begini malah seneng, emang apa sih impian elu?” tanya Rifki lagi.
“Ya impian gue, ya ini ulangan akuntansi. Seneng aja, karena ini mukjizat dari Tuhan buat gue” jawabku dengan muka sumringah.
Rifki tertawa geli mendengar ucapan anehku tadi. Wika pun melihatku sinis banget karena ngobrol dengan Rifki. Ya maklumlah, Rifki cowok popular disekolah, selain itu dia juga cerdas, ganteng, tinggi, putih ya perfectlah untuk criteria cowok sempurna. Tapi dia juga kadang – kadang ngeselin banget karena dingin banget sama cewek termasuk Wika yang dari kelas satu ngejar – ngejar Rifki tapi udah ditolak berapa kali ama Rifki. Kalau aku yang slow aja, dia teman yang baik kok.
Ulangan akuntansi tak begitu sulit, kok. Tak lama aku selesai bel istirahat pun berbunyi.
“Loe mau ke kantin gak? Gue udah laper nih!” tanya Sari.
“Hm,,, loe duluan aja deh, gue mau ke perpus mau baca novel yang kemarin” jawabku. “Yaudah, gue duluan, ya” kata Sari sambil berjalan keluar kelas.
Anak – anak pada keluar, gue doang yang di kelas. Langsung kulangkahkan kakiku menuju perpustakaan sekolah. Di tengah koridor ada Wika dan genknya yang lagi ngobrol. Aku belok aja ke koridor kanan biar gak ketemu anak nyebelin itu. Entah kenapa pikiranku kok melayang, ya? Seperti tak menyatu dengan jiwa? Tiba – tiba……. Gubrakkk!!!! Aku menabrak seorang cowok tinggi, tampan dan kelihatan familiar banget.
“Kamu gak kenapa – kenapa, kan? Maaf ya, tadi saya jalan gak hati – hati” ucapnya sambil membantu aku berdiri karena terjatuh.
“I..Iyaa..a. Gue gak kenapa – kenapa. Seharusnya gue yang minta maaf tadi gue ngelamun” jawabku.
“Ada yang luka, gak? Saya antar ke klinik ya?” ajaknya.
“Hm.. Gak usah lagi, gue gak luka ini. Gue mau ke perpus tadi. Oh, ya thanks ya udah bantu gue bangun. By the way, loe pegawai baru disekolah ini?” tanyaku balik.
“Oh, gak saya tadi nganter sepupu kesini dia anaknya Pak Firman. Kamu kenal, kan?”.
“Oh, Pak Firman, maaf ya gue kira loe pegawai baru disini. Yaudah gue ke perpus dulu, ya. Sekali lagi thanks”
“No problem, ok. Jangan ngelamun lagi ya.”
Aku pun kembali melangkahkan kaki ke perpus, belum juga ada lima detik cowok tadi manggil lagi.
“Hey, cewek namamu siapa?”
Sejenak aku berhenti, lalu menoleh ke arahnya. Deg – degan juga sih saat dia manggil lagi.
“Hm.. Monda” jawabku dan langsung kembali berjalan.
Cowok itu langsung berbalik arah juga. Hm… Cowok tadi seakan – akan menarik perhatian aku deh, hahaha. Jangan mimpi donk Monda, dia itu keponakannya Pak Firman yang galak itu, tapi kok ada ya orang sebaik dia? Hm… Seneng juga sih. Di perpus aku membaca novel lanjutan yang kemarin aku baca. Sempat terlintas dipikiranku dia adalah tokoh novel yang ada di cerita novel yang aku baca.
“Mampus gue, kenapa jadi tuh cowok yang dipikiran gue? Gue kan lagi baca novel?” ucapku kacau.
“Cowok yang mana?” ucap seseorang yang ada disampingku.
“Ha? Loe ada disini juga? Ah gila loe, baru tahu gue orang kayak loe gini suka baca juga?” ucapku spontan, aku berharap banget dia cowok yang aku maksud, tapi ternyata malah Rifki.
“Monda, Monda, makanya jangan ngelamun terus dari tadi gue perhatiin loe ngelamun aja bukannya baca novel. Tadi juga dikelas loe senyum – senyum gak jelas gitu. Sakit jiwa kali loe, ya.” Sambil tertawa kecil.
“Jahat banget sih loe, gue disangka sakit jiwa? Yang ada juga loe tuh yang sakit jiwa. Kaya batu es dingin banget ama cewek, gak ada ramah – ramahnya pisan. Noh, penggemar setia loe lagi nemplok ama genknya di koridor. Loe gak ikut gabung?” jawabku sambil ketawa juga. Serru juga ngecengin Rifki. Muka Rifki langsung berubah malu – malu gitu.
“Apaan sih loe, gue tuh gak seperti yang loe pikir. Ya, gue gak suka aja dibilang cowok murahan”
“Ha? Apa kata loe? Murahan? Beras kali murahan. Tapi loe itu antic juga ya”.
“Antik apanya? Emang gue mobil pee wee apa?”
“Loe antik kaya tamagoci gue” ucapku sambil ketawa.
Tak lama ada pengumuman di speaker yang biasa ditaruh di tembok atas tiap kelas, perpus dan koridor. Aku dan Rifki langsung terdiam sejenak mendengar bel pengumuman.
“ DIBERITAHUKAN KEPADA SELURUH SISWA KELAS DUA BELAS ATAU KELAS TIGA UNTUK BERKUMPUL DI LAPANGAN BASKET TEPAT SETELAH BEL BERBUNYI DUA KALI, TERIMA KASIH”.
Aku dan Rifki langsung bergegas ke lapangan. Kira – kira ada pengumuman apa ya? Apa tentang ujian? Atau siapa yang belum bayar SPP? Atau ada yang kehilangan kendaraannya gitu?
Di lapangan basket, seluruh siswa sudah berkumpul layaknya hendak upacara. Kepsek dan guru – guru pun berbaris di depan kami. Kepsek memberikan amanatnya.
“ Anak – anak sekalian, kalian sudah tahu kan kalau Ujian Nasional dipercepat menjadi bulan maret? Bapak hanya ingin memberitahukan jadwal penambahan materi akan dimulai bulan Januari depan, dan jadwal nanti akan menyusul. Sebelum itu, dibulan desember ini kita akan menghadapi Ujian Semester Ganjil. Nah, bapak minta dengan sangat, kalian belajar dirumah dengan baik dan tidak terlalu banyak bercanda. Serius ya belajarnya. Untuk persiapan Ujian Semester Ganjil ini, kalian yang kelas tiga belajar dirumah selama empat hari dari tanggal 2 besok sampai tanggal 5, dan seninnya sudah siap untuk Ujian Semester Ganjil. Sekian pengumuman dari bapak. Ya, bapak harap kalian bisa belajar dengan baik untuk mempersiapkan semuanya dari sekarang. Oh, iya satu lagi, untuk yang ingin mengikuti Program Beasiswa untuk ke PTN dan Universitas hubungi langsung ke Pak Dedi.”
Kepsek turun dari panggung pembina, dan kami dibubarkan. Pulang cepet, yee….. Senangnya daku.. Dikelas Adnan selaku kertua kelas memberikan instruksi untuk pulang. Ya kami semua pulang deh. Dari sudut kejauhan, terlihat pojok pagar ada seseorang yang hendak berdiri dengan pakaian yang rapi dan terlihat OK.
“Rina, Dian, Sari, lihat deh orang yang diri di pojok pagar sekolah kita itu” ucapku sambil menunjuk kearah yang aku maksud.
“Mana sih?” jawab Dian.
“Oh, yang itu? Masteng kali” ucap Rina sambil ketawa.
“Ah, loe pada buta kali ya? Masteng mana mungkin Ok kayak gitu?” tukasku lagi.
“Sar, loe samperin gih sana, habis itu loe tanya dia masteng atau bukan” ucap Rina ngeledek.
“Ah, strees loe ya. Kagak ah, ntar gue yang diculik ama masteng itu lagi. Suruh Monda aja tuh. Dia kan yang nyuruh kita liat. Biar pasti, dia aja lagi yang negesin sana” jawab Sari kesal.
Tak lama kemudian mobil jemputan Dian tiba. Ya, maklum dari kami berempat yang berkendaraan jemputan hanya Dian.
“Loe pada mau bareng gue, gak?” tanya Dian.
“Sari sama Rina aja gih, gue lagi mau ke Gramed dulu” jawabku.
“Ah, bilang aja loe mau ketemu ama tuh masteng” sindir Rina dan mereka bertiga ketawa.
“Yeee, gak tuh. Gue kan bareng ama Rifki dan Adnan” jawabku kesel.
“Yaudah kita duluan, ya. Temenin tuh mastengmu” kata Dian dan mereka tertawa kembali. Habis deh seharian ini aku dicengin mereka.
Tak lama teman – temanku pulang, Adnan pun kelihatan juga batang hidungnya. Tapi kenapa Rifki dari tadi gak kelihatan? Apa dia ditahan dan ditembak lagi ama nenek lampir Wika? Hahaha….
“Jalan sekarang aja, yuk!” ajak Adnan.
“Loh, Rifki mana? Dia kan yang harus tanggung jawab ama tugas ini.” Jawabku.
“Rifki katanya mau nyusul aja, lagian napa sih loe tadi bahasa Inggris? Jadi Rifki kan tuh yang jadi penanggung jawab tugas. Padahal kalau tadi loe gak bermasalah pasti loe deh yang kepilih jadi penanggung jawab tugas.”
“Yee… Mana gue tau kalau gue salah jadwal? Lagian juga nih tugas gak berat – berat amat kok. Yaudah kita langsung aja ya.”
Setibanya di Gramedia, aku dan Adnan mencar untuk mencari bahan yang berbeda. Tiba – tiba ponselku berdering ringtone lagunya Christian Bautista “The Way You Look at Me” terbaca di layar ponselku, Rifki calling. Aku langsung menjawabnya.
“Ya, loe dimana Rif?” tanyaku di ponsel.
“Gue udah di depan Gramed, loe ama Adnan dimana?” tanya Rifki.
“Gue sih dibagian novel, hehehehe. Kalau Adnan di bagian Kamus Bahasa tuh.”
“Yaudah tungguin ya.”
Klik. Terdengar bunyi tombol telepon mati. Hm… Ya Aku emang dapet tugas untuk cari bahan makalah bahasa Inggris tentang Petty Cash and Tax, taut uh Mrs. Tika ada – ada aja deh tugasnya. Dari kejauhan terlihat Adnan yang sedang asyik baca kamus bahasa. Entah bahasa apa yang dia baca tau bahasa planet atau bahasa orang sakit jiwa. Dan nampak dari tangga escalator Rifki tiba. Aku pun melambaikan tangan sebagai symbol. Rifki langsung menghampiri aku.
“Loe kenapa di tempat novel? Bukannya nyari bahan?” kata Rifki sambil memegang buku novelnya.
“Ya, kan biar sekalian. La gian noh, temen loe lagi baca kamus bahasa planet.” Jawabku.
Kita pun menghampiri Adnan yang sedang asik baca kamus. Tapi kok seperti ada yang mengikuti kami dari belakang? Aku menoleh kebelakang tapi gak ada yang ngikutin kita. Apa perasaan aku aja kali ya? Stelah mendapatkan bahan untuk makalah, kami ke kasir untuk membayar buku yang kami beli mengenai Petty cash dan tak lupa pula Tax atau pajak lalu keluar dari Gramed.
“Eh, gue pulang duluan, ya. Gue udah ada janji sama Niken.” ucap Adnan. Ya Niken adalah pacarnya Adnan dari kelas satu loh. Weeww.. Awet banget ya. Anaknya baik, ramah dan welcome dengan siapa aja.
“Yaudah. Hati – hati loe!” jawab Rifki.
“Terus? Gue? Loe juga pasti mau pulang kan?” tanyaku.
“Makan dulu ah, gue laper bukan main.” Jawabnya singkat.
Ya alhasil kita pergi ke Hokben aja untuk makan. Sambil menuju kesana, kita berdua saling berbincang. Kalau boleh jujur, baru kali ini aku ngobrol dekat dengan Rifki. Dan baru kali ini juga jalan lagi ama cowok. Biasanya aku aku jalan sama Dian, Rina, dan Sari. Sesampainya di Hokben, kita makan layaknya orang kelaperan. Yaiyalah laper, orang tadi istirahat sekolah bukannya makan dikantin malah baca novel jadinya laper banget deh. Setelah itu kita ngobrol – ngobrol lagi.
“Loe anaknya enak juga, ya. Beda ama yang dibilang Wika selama ini” kata Rifki.
“Loe karena baru deket aja ama gue. Ya, lagian loe mau – mauan aja percaya ama omongan Wika? Oh, iya gue juga tadinya kan berfikir loe itu dingin banget ama cewek. Tapi nyatanya gak juga ya. Apa hanya dengan cewek tertentu aja yang loe cuekin, kaya Wika gitu?” tanyaku.
“Itu karena loe kemarin – kemarin gak deket ama gue, jadi loe nyangka gue dingin. Padahal emang gue juga biasa aja tuh ke cewek. Ya bener juga kata loe, gue cuek, dingin ama type cewek yang centil, blagu dan sombong kayak Wika dan kawan – kawannya itu. Oh, iya gue denger – denger loe tuh jomblo sejati disekolah. Emang loe gak niat untuk pacaran atau emang anti cowok?”
“Ya juga sih kata loe. Hm.. Gue jawab pertanyaan loe yang terkhir aja ya. Gue bukan anti cowok atau gimana. Tapi emang gue lagi gak ada perasaan khusus ke cowok karena sampai sekarang belum ada cowok yang buat hati gue luluh lagi. Gak seperti yang dulu, hati gue luluh dan bener – bener first love and forever banget. Tapi sejak kejadian itu, gue jadi mudah down dan mungkin udah hampir ngelupain yang namanya cinta. Ampe sekarang malah.”
“Loe simpan itu sendirian aja? Hati loe gak tersiksa apa? Tapi by the way kenapa hal itu bisa buat loe jadi kayak gini? Apa loe dikhianati ama cowok loe yang dulu itu?”
“Gak tahu gue dikhianati atau apa? Tamat SMP bukannya makin deket malah makin jauh. Dia menghilang gitu aja tanpa sebab. Gue tanya ke nyokapnya malah kata nyokapnya gue gak usah nanya – nanya dia lagi. Gue tanya adiknya, eh dia bilang udah kelaut. Gue tanya temen deketnya, waktu itu dia cerita katanya cowok gue udah gak di Indonesia lagi. Gue jadi bingung kenapa dia gitu aja ninggalin gue? Apa yang membuat dia kayak gitu, gue telpon gak aktif terus, email dan fb juga gak pernah dibales. Dan itu berkelanjutan sampai sekarang, Rif.”
“Gue juga ngerasain apa yang elu rasain sekarang.”
“Ah, loe lebai aja deh, mana mungkin loe tahu dan ngerasain apa yang lagi gue rasain?”
“Mata loe itu yang buat gue ngerasain apa yang elu rasain, dan juga cara cerita juga meyakinkan… Loe sekarang udah percaya sama gue kan kalau gue ini gak sedingin yang loe kira?” tanya Rifki.
“Gue juga gak tahu, Rif. Baru sama loe gue curhat masalah yang udah gue pendem tiga tahun silam, dan entah kenapa gue maen asal ceplas – ceplos aja lagi sama loe?”
Kita pun tertawa bersama menyadari ada suatu kelebihan masing – masing dari kita yang sangat tak biasa sebagai pertemanan saja, tapi melainkan persahabatan. Dan mulai dari situ, aku dan Rifki jadi sering curhat dan juga sebaliknya. Tak seperti yang kusangka ternyata Rifki itu pendengar yang baik, meski kadang – kadang menyebalkan.
Heufffttt…, Seharian ini sungguh menyenangkan. Mulai dari dihukum, ulangan, perpus, pengumuman, hingga gramedia dan berkahir di hokben. Sungguh melelahkan sekali. Sampai dirumah, aku langsung ke kamar tidur, duduk sejenak dan mandi. Habis itu baru sleeping in the bed.. Ahhhh….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar