"Welcome to my novel's"

Bagi kamu pecinta novel remaja khususnya ttg (perasaan) nih aul buat novel khusus unik, menarik, dan ada religiusnya juga loh,, makanya, baca terus series episode terbarunya___^

Senin, 11 Oktober 2010

Kapas Cinta di Persahabatan eps. 5


Sesampainya di rumah, jantung dan otakku rasanya seperti mati. Bendera kuning yang ada di rumah dan bertuliskan nama AYAH??? Langsung ku masuk ke dalam rumahku. Terlihat semua wajah sedih dan isak tangis keluarga. Aku gak tahu kenapa dan apa yang terjadi, aku masih belum sadar. Rifki juga masih ada di dekatku. Dan berapa menit kemudian aku pingsan. Dalam tidur pingsanku, aku masih mendengar itu semua. Aku sadar perlahan – lahan, Rifki memberikanku air hangat. Bunda pun langsung menghampiri aku.
“ Monda, sayang.. Bunda mohon banget Monda ikhlas, ya. Ayah meninggal karena kebaikan, sayang” ucap bunda sambil menitihkan air mata. Detik itu juga aku rapuh banget. Gak tahu apa yang harus aku lakukan. Tatapan aku kosong. Bunda dan Rifki berusaha menyadarkan aku. Tak lama aku pingsan lagi. Bunda semakin panik dan menangisi aku pula. Tante Sani juga malah ikut – ikutan bunda.
“Bunda dan tante di depan saja, biar saya yang jaga Monda. Kasihan Monda kalau mendengar kata tante tadi, biar saya yang menenangkannya” ucap Rifki lembut sekali.
“Yasudah, bunda titip Monda, ya” jawab bunda. Tante dan bunda hendak kedepan. Eh, Rina dan Dian datang dan bersalaman serta berbela sungkawa dengan bunda. Mereka berdua pun melihat aku yang pingsan dan dijaga Rifki pun menghampiri aku.
“Ya, ampun. Rif, gimana keadaan Monda? Maaf gue baru datang, gue tahu ini dari Adnan. Tadi Adnan juga mau kesini dialagi dalam perjalanan” kata Rina sambil memasang ekspresi sedih.
“Gue mohon sama loe semua. Jangan buat Monda tambah drop lagi. Tadi gue ajak dia jalan ke Mall untuk ngilangin kesuntukan dia karena sidangnya dengan guru BP dan loe juga pada mojokin dia. Pas banget gue dan Monda pulang ya beginilah. Tadi Monda sempat siuman, tapi bundanya malah bilang lagi kalau ayahnya meninggal eh dia pingsan lagi” jawab Rifki.
“Iya, maaf. Gue ngaku salah. Gak semestinya gue dan Rina memperlakukan Monda kayak tadi. Tapi Rif, Monda gak kenapa – kenapa kan?” Tanya Dian.
“Monda hanya shock aja, nanti dia juga pulih kembali” jawab Rifki. Benar tak lama Rifki berkata kayak gitu, Monda sudah siuman. Rina dan Dian langsung memeluk sahabatnya itu, dalam pelukan Monda menangis sedih.
“Maafin sikap gue tadi ya, Mon. Gue turut berbela sungkawa, loe ikhlas kan melepas ayah loe?” Tanya Rina.
“Iya, Mon. Gue juga minta maaf. Sekarang loe gak usah ngerasa bersalah gitu ah, kepergian ayah loe bukan berarti hidup dan semangat loe juga hilang, kan?” tukas Dian.
“Gue pasti sangat merindukan sosok ayah gue yang sangat gue cinta!” jawabku sambil menangis.

Minggu, 10 Oktober 2010

Kapas Cinta di Persahabatan eps. 4


Teeeeetttttsssss… Bel istirahat berbunyi sekaligus selesai mata diklat pertama. Aku keluar ruangan dan belajar Pkn. Aku ke ruang empat melihat apakah Sari masuk atau tidak. Baru setengah jalan mau ke ruang empat, eh Rifki udah nyamperin aku duluan. Tak lama Rina juga menghampiri aku dan Rifki.
“Monda,,!! Sari tadi gak masuk. Dia kemana sih? Gue telponin malah gak diangkat. Kedua kalinya malah dinonaktifkan” Tanya Rina penasaran.
“Iya, Mon. Padahal kita kan lagi ujian. Apa dia kesiangan? Atau sakit kali ya?” Tanya Rifki.
Aku tahu yang sebenarnya bahwa Sari udah gak mau lagi melanjutkan sekolahnya karena kehamilannya. Tapi aku sudah janji untuk menyimpan rahasia ini.
“Gue juga gak tahu, Bro. Apa mungkin kali dia sakit” jawabku seadanya.
Aku langsung melangkahkan kakiku ke arah taman sekolah untuk lebih konsentrasi belajar. Tapi lagi – lagi Rina mengikuti aku dan Dian juga ikut. Mereka masih penasaran pengen banget nanya tentang Sari ke aku.
“Monda, dengerin gue donk!! Loe tau kan Sari kenapa gak masuk? Loe jujur aja dengan kita” Tanya Dian sewot.
“Gue gak tahu, Yan. Gue juga gak dapet kabar dari Sari. Kenapa gak loe aja yang terus hubungin dia?” jawabku ketus.
“Gue tahu apa yang sedang loe sembunyiin. Dari kemarin – kemarin gue telponin ke rumah loe. Tapi kata bibi loe gak mau diganggu. Gue telpon Sari gak ada yang angkat. Gue tahu pasti loe punya masalah dengan Sari, kan?” ucap Rina.
Huft… Syukurlah. Aku kira dia tahu masalah yang sebenarnya. Ternyata mereka hanya menduga aku lagi musuhan dengan Sari.
“Ya, ampun. Rina dan Dian yang gue sayangi, harus gue ucap berapa kali sih? Gue gak ada masalah sedikitpun dengan Sari, dan gue juga gak tahu kabar Sari sampai sekarang. Kemarin gue gak mau diganggu karena gue lagi gak enak badan. Dan gue juga pesen ke bibi untuk gak terima tamu” jawabku.
“Termasuk kita? Jadi loe egois donk? Dan ternyata gue baru tahu loe gak tulus sahabatan dengan kita. Loe sakit aja kita gak boleh tahu? Mau loe apa sih?” ucap Dian marah.
“Dan begonya gue, mau berteman dengan loe” sambung Rina. Mereka langsung berbalik arah dan berlalu begitu saja tanpa senyum sedikit pun.
Kenapa mereka begitu, padahal mereka gak tahu sama sekali tentang apa yang terjadi. Dan sekarang aku harus menanggung sendiri. Rifki pun menghampiri aku dan menghibur wajah bosan aku.
“Udahlah, mungkin mereka hanya emosi aja. Mereka mungkin hanya ngetes loe apa loe itu setia atau tidak dalam pertemanan walau lagi ditimpa masalah berat ini. Loe pasti bisa!” ucap Rifki bijak banget.
“Iya, Rif. Thanks ya. Udah mau hibur gue. Loe udah belajar?”
“Gue udah belajar kok. Oh ya kalo loe mau cerita apa pun itu, gue siap menjadi pendengar sekaligus menjadi penyimpan rahasia yang baik. Tapi itu pun kalau loe berkenan”
“Iya Rif. Thanks banget loe udah mau ngerti keadaan gue. Gue ke kelas duluan ya”
            Aku pun berlalu dan meninggalkan Rifki yang lagi ngemil coki – coki di taman. Sekarang aku harus bagaimana? Rina dan Dian sudah salah paham gini. Gue capek kalau begini caranya. Apa gue harus jujur sama mereka? Tapi gak mungkin banget. Yang ada persahabatan yang udah dijalin selama tiga tahun ini hilang begitu saja. Aku gak mau itu terjadi. Aku sayang banget sama Rina, Dian dan juga Sari. Bel pun berbunyi dan ujian diklat kedua pun dimulai. Semoga aku bisa konsentrasi dengan baik.
            Sampai pada akhir gari ujian, Sari tak kunjung masuk. Aku dipanggil guru BP untuk menjadi sumber informasi tentang Sari. Aku sudah janji dengan Sari gak akan buka mulut dengan siapa pun. Tapi mereka tetap memaksa aku. Selagi aku disidang di ruang BP, Rina dan Dian dating juga sebagai saksi. Mereka malah menuduh aku yang sebenrnya tahu Sari bagaimana. Benar – benar harga diri aku dijatuhkan di depan guru BP. Sampai dua hari berturut – turut aku disidang terus sama guru BP. Karena tak tahan menyimpan ini sendirian, aku memikirkan tawaran Rifki. Saat pulang sekolah, aku dan Rifki ke Mall daerah Kuningan. Aku ceritakan semua. Rifki tampak serius dan kaget ketika mendengar pernyataan aku.
“Loe yakin dengan perkataan loe barusan? Jadi, dari kemarin – kemarin loe nyimpen in semua sendirian? Gue yakin loe setres berat”
“Iya, Rif. Habisnya baru sekarang gue gak tahan. Loe tahu sendiri di depan guru BP gue malah dijatuhin sama Dian dan Rina”
“Loe mau main gak? Kita ke Timezone, yuk. Loe lagi butuh refreshing tuh”
“Rif, loe emang sahabat gue yang bisa ngertiin gue banget”
            Aku pun menerima ajakan Rifki. Tapi, kenapa gue jadi deg – degan gini jalan sama Rifki? Ah, mungkin karena gue kagum aja sama Rifki karena dia bisa jadi badut gue saat gue jenuh.. Hahahahaha. Rifki pun membeli tiket permainan di Timezone. Kita bermain sampai lupa waktu gitu.
“Huft… Capek banget gue. Loe enak, Mon. Cuma maen yang ringan kayak anak kecil” ucap Rifki sambil menggandeng bahu aku.
“Eh, yang penting tiket bonusnya banyakan gue. Hahahaha.. By the way, makasih ya, Rif…” belum sempat melanjutkan Rifki langsung menggenggam tanganku dan memeluk aku erat banget, seperti enggan melepaskannya. Tak lama ia langsung menatapku tajam. Suerrrr banget aku deg – degan setengah mampus. Matanya Rifki emang paling TOP untuk menaklukkan cewek. Apa lagi Wika ampe klepek – klepek kali ya kalau ditatap kayak gini?
“Loe kenapa pucet gitu gue liatin?” ucap Rifki sambil senyum geli.
“Ah, kampr*t loe!! Gue takut gila loe liatin kayak gitu. Kenapa sih loe? Ada yang aneh sama gue?” jawabku sambil melepas genggaman tangannya Rifki dan langsung berbalik kebelakang dan berjalan santai. Dan ternyata Rifki menarik tanganku.
“Loe juga pasti ngerasain hal yang sama kayak gue? Loe jawab jujur Monda!” ucap Rifki.
Spontan aku mendengarnya. Hadduh, mengapa jadi kaku gini? Padahal tadi biasa aja? Monda, kamu pasti mimpi dan salah nangkep pembicaraan deh. Tapi hati aku juga kenapa jadi gini. Seakan – akan aku lagi jatuh….. Astaga!!!! Jatuh cinta??? Sama Rifki??? Oh My God,, No!!!!!!! kau refleks langsung melepaskan tanganku.
“Kita pulang sekarang, yuk. Gue udah capek banget” rayu aku kayak anak kecil.
“Ya, deh. Emang loe udah kelihatan capek tuh!” jawab Rifki sambil menghampiri aku dan kita langsung pulang.

Kapas Cinta di Persahabatan eps. 3


Sehari setelah Sari bermalam dirumahku, tiba – tiba aku dapat kabar yang mengejutkan dari Omku. Dia bilang perusahaan milik keluarga Dika sudah di cabut dari kepemilikan. Aku juga gak ngerti, itu juga om ngirim lewat pesan email. Bagaimana mencari Dika ya? Kasihan Sari sekarang dia yang harus tanggung sendiri tanpa ada yang membantunya. Sekarang aku harus ke sekolah untuk mengecek apa Sari masuk atau tidak.
“Bi, yang lain pada kemana?” tanyaku pada bibi yang lagi menyiapkan sarapan.
“Duh, mba tadi bapak dan ibu gak sempet pamit sama kamu. Katanya mba dibanguninnya susah. Mereka kalo gak salah mau keluar kota untuk beberapa hari ini.” Jawab bibi seadanya.
“Kok gitu sih? Udah jadi calon anak tiri lagi nih gue, bi.” Jawabku kesal dan langsung berangkat kesekolah.
            Sesampainya disekolah, pelan – pelan aku perhatikan tiap koridor apakah Sari ada disitu atau tidak. Hm….. Sejenak aku ke kantin sebentar. Oupsss… Wika menumpahkan minuman mocca ke bajuku.
“Oupsss…. Maaf ya, gue gak sengaja” ucap Wika dengan nada sinis.
“Kalo loe mau sengaja juga gak kenapa sih, tapi biar infas………….” semua terdiam dan aku mengambil minuman Wika dan menumpahkan juga kebaju Wika.
“Gue juga mau dong, tapi gue sengaja” jawabku sinins juga.
Wika terlihat kesal karena aku menumpahkan minuman itu persis yang dilakukan Wika ke aku.
“Loe, ya!! Berani loe sama gue? Dasar cewek ganjen!” ucap Wika.
“Yang ganjen tuh siapa? Lagian loe tuh siapa disini? Donatur bukan, yang punya sekolah bukan, bayaran aja belum lunas. Udah ah, percuma rebut gak jelas sama loe, hanya membuang banyak waktu.!” Aku langsung berpaling dan meninggalkan Wika.
            Kejadian tadi sempat membuat aku kesal, tapi aku kalahkan dahulu rasa kesalku, hari ini harus fokus untuk menolong Sari dari masalahnya. Terlihat dari jauh sudut koridor kelas, ada Rina dan Dian yang lagi ngobrol sambil berjalan. Di dekat ruang guru juga ada Rifki yang lagi bawa buku anak – anak sekelas. Di pinggiran tangga si Adnan sama Eko. Aku pun melangkahkan kakiku ke kelas dengan kecepatang tinggi. Karena cepatnya jalanku, aku pun menoleh kebelakang tak sadar langsung, GUBRAK. !!!! Gue nabrak orang lagi. But kali ini kayaknya beda banget rasanya. Ough…… Sakitnya kepalaku.. Aku nabrak tiang koridor. Anak – anak yang ada disitu pada ngetawain aku. Oh, mamamama,,, malu banget. Eh, ada cowok yang nolongin aku waktu aku bangun sempoyongan gitu. Aku ngerasa deket banget sama dia. Padahal aku gak tahu dia siapa karena mata aku juga masih kunang – kunang. Saat aku menegaskan penglihatan aku kembali, ternyata yang menolongku ini adalah cowok yang waktu itu nabrak aku juga. Kenapa pertemuan aku dan dia selalu dengan judul adegan kayak gini? Apa gak ada judul yang bagus gitu. Cowok itu tersenyum padaku.
“Thanks ya, kenapa selalu loe yang nolong gue? Tadi kan gue gak nabrak loe. ATpi gue nabrak tiang” tanyaku.
“Ya sama- sama juga terima kasihnya. Oh, mungkin hanya kebetulan saya lewat dan kamu juga tertabrak juga dan kita ketemu lagi deh” jawabnya.
Rifki memandangi aku yang lagi oon banget. Rina dan Dian langsung menghampiri aku. Sedangkan genknya Wika malah asyik – asyiknya ngetawain aku.
“Oh, iya waktu itu loe nanya nama gue, tapi gue belum tahu loe siapa?” tanyaku.
“Hey, Mon. Loe gak kenapa – kenapa kan? Loe napa tadi kayaknya buru – buru banget, ya?” Tanya Dian yang memotong pembicaraan aku dan cowok itu.
“Ah, gue gak kenapa – kenapa kali. Mungkin karena gue tadi ngeliat setan lewat jadi nabrak deh” ucapku sambil ketawa. Tapi cowok itu malah kabur tahu kemana jalannya.
“Di, loe tahu cowok yang tadi disamping gue gak?” tanyaku.
“Au, tadi langsung cabut, napa? Romeo loe ya? Karena udah nolongin loe gitu? Jawab Dian.
“Udahlah, Mon. Jangan mimpi disiang bolong kayak gini” sambung Rina. Kami pun langsung menuju kelas. Hari ini adalah hari pertama untuk ulangan semester ganjil. Pelajaran yang pertama adalah Agama dan Pkn. Duduk sendiri dengan nomor perserta yang abjadnya mulai dari A. Satu ruangan hanya ada 15 orang. Kebetulan aku diruang satu. Dian diruang dua, Rina, Rifki dan Sari diruang empat. Pas banget bel mulai ujian pun dimulai.

Kapas Cinta di Persahabatan eps. 2


Pukul 5 sore, aku dibangunkan oleh bibi. Malah banguninnya buat orang spot jantung lagi. Alasannya sih gue di panggil – panggil gak bangun – bangun juga, bibi pikir gue mati kali, eh gue dicubit – cubit, ditampar pipi gue, sakit jiwa tuh bibi. Langsung lompat gue, padahal gue kan lagi mimpi enak banget. Bareng Danniel Radcliffe tuh yang main Harry Potter. Hahahaha…
“Biiiiiii, kenapa sih banguninnya kayak gitu? Buat orang spot jantung aja?” ujarku dengan nada kesal.
“Ma.. Maaf non, habis tadi non tidurnya kayak orang mati sih, bibi kan jadi takut. Eh, non, tadi ada telpon kalo gak salah dari orang yang namanya Engget? Eh bukan – bukan tapi Engger? Eh salah – salah…” jawab bibi yang belum tuntas ngomongnya malah aku potong.
“Engget, Engger yang bener tuh siapa? Lagian tuh nama juga pada asing. Kapan telponnya?” tanyaku lagi.
“Tadi pas non tidur, ya bibi angkat. Katanya penting gitu mau ngomong ama non, tapi bibi bilang non tidur. Eh, iya namanya Enggar non. Bibi yakin banget.” Jawab bibi sambil garuk – garuk kepala.
“Enggar? Jujur bi, gue gak ada temen yang namanya Enggar. Trus penting kenapa coba toh gue gak kenal kan bi? Siapa ya bi?” tanyaku penasaran.
“Yaudah non, mending non ke depan tuh ada non Sari.” Sambil pamit keluar kamar.
            Aku beranjak dari tempat tidur dan langsung ke ruang tamu. Sari terlihat sedih banget, muka dan wajahnya itu BT banget. Kenapa lagi ini anak?
“Monda,,,,,,” ucapnya sambil menitihkan air mata. Aku langsung memeluk sahabatku ini.
“Loe kenapa? Cowok? Atau keluarga?” tanyaku.
“Nda, maaf banget ya kalau gue punya banyak salah sama loe. Gue juga gak  tahu harus ngomong apa,,,,,”
“Loe, to the point aja kenapa sih? Loe kenapa? Pake minta maaf segala, emang loe salah apa sama gue?”
“Monda, loe sahabat yang paling bisa ngertiin gue. Tapi gue yang mengkhianati persahabatan kita ini. Gue minta maaf…” ucapnya sambil nangis.
“Sari, loe kenapa?” tanyaku halus.
“Tapi, loe janji jangan bilang ke yang lainnya, mau Dian atau pun Rina, ya.”
“Yaph gue janji”
“Gue hamil, Nda.”
Aku sentak kaget mendengar perkataan Sari yang munafik banget untuk Sari lakukan. Aku langsung bawa Sari ke kamar aku dan bicara empat mata secara pribadi. Aku memesan bibi untuk tidak menerima tamu temanku Dian dan Rina jika datang. Dan tidak menerima telepon dari mereka juga.
“Sekarang loe cerita sama gue, loe kenapa bisa kayak gini?” tanyaku penasaran.
“Gue waktu itu jalan sama Dika. Awalnya kita cuma ke Kemang aja minum   dan makan di cafĂ©, tapi dia ngajak ke rumahnya. Kata dia di rumahnya lengkap ada bokap dan nyokapnya. Dan gue mau dikenalin. Ya gue mau aja, gue pikir itu hal yang positif karena dia mau ngenalin keluarganya ke gue. Sampai dirumahnya, gue disuruh masuk tuh, kosong, Nda. Gak ada satu orang pun kecuali gue dan Dika. Gue tanya ama dia kemana bokap dan nyokapnya, kata dia gak tahu. Dan dia ngajak gue kekamar, katanya ada boneka kesukaan gue. Gue seneng, tanpa pikir panjang, gue langsung ke kamar dia. Eh dia malah meluk gue dan tega berbuat itu sama gue. Gue gak sadar waktu dia ngelakuin hal itu sama gue. Saat itu juga gue seneng banget, tapi gue tiba – tiba kebayang wajah ortu gue dan loe semua. Disaat itu gue sadar dan langsung bangun. Gue udah bukan gadis lagi, Nda….”
“Gila,,,, Dika tega banget sama loe!! Dan sekarang dia mau tanggung jawab gak?”
“Itu dia yang jadi masalah, dia kabur dan kata nyokapnya dia ikut bokapnya ke Sandiego untuk mengurus asset bokapnya disana”
“Ah, gila tuh anak, terus loe cerita ke nyokapnya?”
“Ya gaklah, gila loe mau dianggep cewek apa gue? Kenal juga belum ama ortunya? Terus gue harus gimana donk?”
“Loe udah berbuat loe juga yang harus tanggung akibatnya, meskipun loe gak sadar. Tapi setidaknya loe udah ngelakuin hal itu. Loe tahu gak, kita tuh tanggung untuk stop disini tinggal berapa bulan lagi kita udah ujian. Yaudah, gue cuma saranin loe harus jujur sama nyokapnya. Walau dia gak ngakuin loe yang penting loe udah berusaha jujur. Biar Dika gue yang hubungi. Kebetulan om gue kan tahu asset bokapnya dimana aja, jadi gue bisa hubungi dia. But, keluarga loe?”
“Ortu gue loe tahu sendiri. Mereka sibuk dengan diri dan profesi mereka masing – masing. Mereka belum tahu, ya mungkin gue bakal dipecat jadi anak. Gue udah siap kok, toh harta yang gue punya juga gak ngebahagiain gue, malah buat gue jadi bebas banget sampai gue lupa sama gadis gue.”
“Ya Tuhan,,, Sekarang loe mau gimana? Dari pikiran loe sendiri aja.”
Sari terdian sejenak, aku langsung memeluknya erat. Aku gak nyangka hal ini menimpa teman baikku. Apa yang harus aku katakan kalau Dian dan Rina tahu dari orang lain bukan dari aku atau Andin sendiri. Apakah persahabatan ini akan hancur? Aku gak mau, aku harus bisa menahan situasi disaat terbongkarnya rahasia ini. Pelan – pelan aku melepaskan pelukan sahabtku ini.
“Gue udah agak tenang, setelah gue cerita sama loe. Thanks ya, loe udah mau ngertiin gue. Untung besok libur, bolehkan gue nginep disini?” ujar Sari sambil memohon.
“Buat sahabat terbaik gue, apa sih yang enggak…” jawabku sambil tersenyum.
            Malam pun menambah kesunyian. Aku dan Sari tertidur pulas. Sekarang yang harus aku lakukan adalah bermimpi agar semua yang terjadi hari ini tidak terlalu buruk untuk esok hari. Dan semoga saja Dika menyadari kesalahannya yang dia perbuat ke Sari. Night semua…………………